Sabtu, 14 Agustus 2021

Ternyata begini Sejarah Asli Prabu Siliwangi

Hampir semua pegunungan di Tatar Sunda menjadi tempat hunian para leluhur Pajajaran gunung munara, gunung Galuh, gunung kapur Ciampea, Gunung Gede, Gunung Ciremai, Gunung Slamet serta Gunung Padang. Adanya pegunungan menjadi suatu tempat yang mengesankan dengan alasan tertentu, Selain itu dalam babad pegunungan lainnya diluar Pulau Sunda juga banyak mencatat riwayat tentang sejarah Prabu Siliwangi yang menjadi tokoh Kerajaan Pajajaran. tentunya kondisi tempat-tempat tersebut sudah jauh berbeda dengan keadaan sekarang.


sejarah prabu siliwangi


Dahulu kala keadaan alam masih hutan lebat masih berupa Padang Savana tanpa pepohonan di lain pihak Prabu Siliwangi juga menyukai gua atau lembah yang mendekati aliran sungai Oleh karena itu Prabu Siliwangi telah mengukir sejarah di berbagai wilayah seperti Batutulis kutamaneuh, Pasirangin, Cangkuang yang merupakan tempat awal penyebaran keturunannya sebelum tersebar ke seantero nusantara. tetapi diluar tempat-tempat tersebut Bagaimana sebenarnya tentang tabir adanya Prabu Siliwangi walaupun terkadang masih bersifat legenda namun nama tempat maupun nama tokoh menjadi alasan kuat yang selalu merujuk kepadanya sebagai sebuah untaian riwayat. akhirnya tetap perlu ditelusuri tidak hanya oleh keturunan Prabu Siliwangi tetapi oleh seluruh orang Sunda sehingga dapat menemukan titik terang. dilain pihak masih banyak lokasi yang belum terungkap di belakangan jagat raya ini yang pernah dijelajahi oleh Prabu Siliwangi meskipun dengan kendala yang ada seperti narasumber yang sulit mengungkap sejarah Prabu Siliwangi baik menuturkan dengan pendekatan secara batiniah ataupun artefak.

Disadari menuturkan kisah tentang Prabu Siliwangi maka harus dari sumber yang berkompeten karena tidak mustahil akan menjadi polemik dan cerita yang usang di kalangan rakyat serta anak keturunan Prabu Siliwangi bahkan mungkin tidak direstui oleh obyeknya dalam pengungkapannya pun harus orang yang tepat dan memiliki warisan sejarah serta mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf Lingga sangkalah sangsekerta maupun bahasa Karuhun. dan jika menyimak Siliwangi sebaiknya harus identik dengan zaman purba dan bebatuan karena latar belakang pada zamannya selalu meninggalkan jejak batu-batuan gua dan batu bertulis yang merupakan tanda warisannya.


Dan menurut orang tua dulu semua peninggalan itu diawali dari Rumpin dan Ciampea di daerah Bogor karena dari sanalah awal Prabu Siliwangi digelar ke alam Persada ini walaupun sebagai penghormatan kepada leluhur yang menjadi nenek moyang di sini kita tetap berusaha menelusuri yang sulit itu dengan coba Terus mengungkap secercah tentang sejarah Prabu Siliwangi. Karena bagaimanapun juga nama Prabu Siliwangi bagi rakyat tetap Sunda sangat berat kaitannya dengan nama kebesaran daerah berkaitan dengan keberadaan nama kerajaan Pajajaran. nama Siliwangi banyak dihubungkan dengan nama kerajaan Tarumanegara maupun dengan nama Sunda atau nama kerajaan Pajajaran hanya disini kita akan singgung nama kerajaan Pajajaran saja, karena nama kerajaan Pajajaran mungkin yang paling tepat dan sangat berarti Namun bukan nama lainnya diabaikan sebagai contoh nama Tarumanegara yang asal-usulnya disebut demikian karena di kawasannya mohon tarum dan sebuah negara sebagai tanda dari akses Sunda. Kerajaan Pajajaran sendiri adalah hasil upaya Sang Pemimpin menurut orang tua nama kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari kata jajaran atau berjajar jajaran tempat atau Jejeran anak cucu dan keturunannya sedang nama Siliwangi adalah nama gelar untuk setiap anak cucu keturunan dari Kerajaan Pajajaran.


Meskipun memang tidak semua anak cucunya bisa dikatakan Siliwangi karena gelar tersebut hanya kepada anak-cucu tertentu yang pantas dan menjadi pemimpin yang dapat menyebar wewangian kepada masyarakatnya atau kolot dalam bahasa Sunda.

Tahun berapa adanya kehidupan masyarakat Pajajaran salah satu patokannya adalah angka 081 sebagaimana tertera pada batu makam Sanghyang sungging prabangkara di cikembar Sukabumi menurut orang tua angka tersebut merupakan tahun sebelum masehi hal itu menunjukkan bahwa Siliwangi pada zamannya telah mengukir budaya tulis yang ada di Batutulis di cicatih maupun di Kawali sebagai ilustrasi bagi generasi berikutnya. dan konon dan tulisan tersebut mulai menulis dengan mempergunakan jemari ujung kuku-kuku yang kita kenal merupakan tanda doraka dan dari sisa jasad kulit manusia ketika diciptakan itu ternyata ampuh dan tajam terhadap batu sekalipun. malah menurut informasi orangtua tentang angka dan bahasa pun banyak dipelajari dari alam tulisan pada batu itu dikenal dengan istilah aksara Lingga sangkalah dalam situasi jaman bicara atau zaman prihatin itu diistilahkan mikrob qalbu, Nah dari situasi micro qalbu orang tua dulu mempelajari dan meniru huruf yang ada di dedaunan maupun buah-buahan bahkan sampai sekarang dari daun dan buah itu tetap masih ada walaupun hanya berupa garis Ical dan berliku tetapi tetap mirip dengan tulisan yang dibuat orang tua dulu.


Sementara berkaitan dengan kondisi alam pada zaman itu kebudayaan manusia masih serba purba dan primitif alat maupun Perkakas untuk menunjang kehidupannya sangat sederhana sekali adapun yang mereka ciptakan mula-mula kampak pisau maupun tombak semuanya dipergunakan sebagai alat berburu tetapi juga dipergunakan sebagai senjata Kenapa harus senjata dulu yang dibuat dan dimiliki senjata menjadi penting karena untuk melindungi dari ancaman binatang buas maupun sebagai alat berburu untuk kebutuhan makan.  jika demikian beralasan karena keadaan alam pada zaman itu masih didominasi hutan belantara sehingga binatang buas bebas hidup berkeliaran maka wajar setiap manusia mempersenjatai diri untuk melindungi dirinya.


Pada zaman itu pun belum ada logam besi walaupun sebenarnya bahan besi ada di tanah pegunungan maupun laut tetapi manusia belum memiliki teknologi untuk memprosesnya menjadi lempengan besi jadi manusia dahulukala hanya mengandalkan alat seadanya mereka membuat senjata dari batu kayu maupun dari tulang-belulang binatang yang dibuat runcing sehingga menyerupai tombak kampak atau pisau meskipun keadaan alam yang ganas. kodrat sebagai manusia memerlukan makan dan minum maka untuk memperoleh kebutuhan yang manusia harus ikhtiar dengan cara apapun bagi lagi dengan belajar terhadap kondisi alam yang ada saat itu Mereka belajar dari alam antara lain :

 memperhatikan Bagaimana harimau dapat menaklukkan mangsa dengan kuku dan Gigi yang tajam sehingga sekalipun mangsanya lebih besar tetapi harimau dapat menaklukkan dan bahkan dapat merobek daging mangsanya untuk disantap dari salah satu kasus itulah rupanya menjadi pelajaran bagi manusia tempo dulu dengan Kukuh itu pula manusia meniru sehingga kuku mereka dipelihara dan dibuat setajam mungkin dengan kuku yang tajam itulah mereka seolah-olah memiliki kekuatan untuk berburu mereka dapat memperoleh hasil perburuan untuk kelangsungan hidupnya mereka sangat menikmati daging mentah sekaligus bisa menghirup air darah serta memanfaatkan kulit binatang apabila yang mereka peroleh buruan Kijang atau domba maka menjadi keberuntungan yang berlipat ganda Yaitu dapat daging dan kulitnya karena kulit hewan tersebut mereka gunakan untuk menutupi anggota badan agar terhindar dari udara dingin maupun kondisi Panas sejak itulah mereka mulai dapat membedakan keadaan badan yang ditutupi kulit binatang dengan kondisi badan tanpa ditutupi sehingga dari pengalaman itulah mereka mulai mencari alternatif selain kulit binatang yaitu pelepah pohon pisang atau upih dalam bahasa Sundanya ternyata menjadi keperluan dan pilihan mereka untuk menutupi auratnya dengan upih itulah mereka nampak tidak telanjang sama sekali. malah terlihat seperti berbusana Ala kadarnya budaya menutupi aurat sejak itu mulai berkembang walaupun sangat sederhana. Coba bayangkan Bagaimana sosok orang tua dulu dengan badan tinggi besar kuku panjang dan tajam serta rambut panjang gimbal dan tidak terurus Plantas tanpa penutup badan pula nampaknya terlihat menyeramkan bukan nah berkaitan dengan siapa Siliwangi Siliwangi ketika lahir bernama pancawala ayahnya bernama Sanghyang Dewa murba atau Nirwana Sangiang domas Siliwangi dan ibunya bernama Nyi Sri Dewi pohaci dikenal dengan nama sunan Ambu Beliau memiliki ageman ilmu cangkok Wijaya Kusuma jadi nama Siliwangi sudah ada dari nama orangtuanya yaitu Nirwana Sanghyang domas Siliwangi jadi nama Siliwangi bukan nama baru sehingga kepada keturunannya pun tetap digunakan karena nama itu sama dengan Bin atau alias.


Mengenai sosok Siliwangi Ada pendapat mengatakan menyerupai harimau hal itu tidak tepat jika Siliwangi yang dilambangkan ibarat harimau karena Harimau malah menjadi hewan mainan dan kesayangannya. Harimau itu sendiri dapat dikepit sebelah tangannya jadi dapat dibayangkan Sebesar apa orang tua dulu kala Karena antara Siliwangi dengan harimau seperti sekarang layaknya orang dewasa mengangkat seekor kucing Jadi sebenarnya jika Siliwangi dikatakan harimau hanyalah mitologi. Mungkin juga mengandung arti bahwa harimau adalah raja hutan yang ditakuti dan disegani oleh binatang hutan lainnya ini memang tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan Siliwangi ibarat angin bagai kilat dan penuh petualangan Walaupun demikian tidak mustahil Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan Siliwangi tanpa perencanaan pasti dibalik itu ada kehendak Allah menciptakan umatnya pada zaman itu. makanan umumnya bersumber dari bahan mentah mungkin termasuk daging menyebabkan keringat berbau tidak sedap namun bagi pancawala tidaklah demikian beliau tetap harum dan wangi karena selalu menikmati daging maupun lauk pauk terlebih dahulu dibakar atau dijemur matahari sedangkan yang menjadi sumber api dari batu megalit maupun sumber panas lahar Gunung oleh karena itulah ketika Siliwangi berada di Rumpin Bogor selalu memanfaatkan panas belerang gunung kapur Ciseeng ketika menetap di Halimun mempergunakan sumber aliran cipanas Cisolok sewaktu di Gunung Padang senantiasa menggunakan air belerang yang ada di rancasuni lebah Gunung Patuha Selain itu pula Ciater kawah Tangkuban Perahu Gunung Pancar maupun kawah Kamojang merupakan petilasannya juga.


Bahkan Gunung Pancar dijadikan tempat panembongan Tatar Sunda. banyak tempat dan sumber panas Gunung lainnya dijadikan tempat mengolah daging dan ikan untuk hidangan makanannya Oleh karena itu beliau tidak menyantap daging maupun ikan mentah yang menyebabkan badan bau tak sedap dari perbedaan itulah tubuh pancawala tetap harum dan wangi. dikalangan manusia purba ia sudah dikenal dengan sebutan Siliwangi panggilan atau sebutan penggunaan nama Siliwangi adalah Atas Restu dan perintah leluhurnya hal itu menjadi kebiasaan kepada anak keturunannya jika diberikan gelar seperti ketiga Ajisaka yang diberi gelar sriwangi diawali di daerah Tomo Kadipaten tempat itu bernama marongge berada di kawasan gunung jongkrang atau gunung parang Sumedang. disana terdapat aliran sungai cihaliwung dengan Cilutung merupakan tempat bersejarah untuk menggunakan nama Siliwangi bahkan di Cilutung diberi nama air ludah Braja dan disekitar marongge ditandai dengan batu yang diberi nama musang Geni tetapi Kyai Haji prabu kiansantang selaku putra keturunan Siliwangi tidak menggunakan nama Siliwangi jadi tidak semua menggunakan nama Siliwangi bahkan ciungwanara sebagai generasi kedua Siliwangi yang memiliki nama adisakti jarang menggunakan gelar Siliwangi berkaitan dengan senjata Siliwangi ini memiliki ageman ilmu cangkok Wijaya Kusuma senjatanya berupa senjata alam yang tidak berwujud sehingga tidak nampak oleh kasat mata.  namun banyak orang meyakini bahwa Kujang adalah senjata milik Siliwangi mungkin seperti Kujang tetapi bukan dari bahan logam karena zaman itu belum ada namanya besi atau logam lainnya memang bahan besi sejak dahulu kala banyak terdapat di tanah pegunungan maupun laut namun proses pengolahan menjadi besi belum ada teknologinya senjata Kujang Siliwangi itu sejatinya berupa Nurcahaya sehingga tidak terlihat oleh kasat mata rupanya semacam mustika alam dan besi kuning dan ada keyakinan bersemayam di Pulau bahas Pulau sekitar daerah Cilacap. senjata Lainnya milik Siliwangi yaitu diberi nama gendeng kalipitu pusaka itu sewaktu-waktu menjelma berwujud layaknya manusia serta seringkali menampakan diri disetiap gunung yang bernama Gunung Padang. sedangkan berkaitan dengan perjalanan Siliwangi disebutkan bahwa Siliwangi ibarat angin bagai kilat dan penuh petualangan beliau senantiasa berpetualang dari satu tempat ke daerah lainnya dan selalu meninggalkan jejak batu bertulis atau batu berbentuk Lingga atau berbentuk Yoni dan juga gua peninggalan-peninggalan itu selalu berdekatan dengan sungai dan pegunungan.  karena dari alam itulah selalu diharapkan dapat mendukung ekosistemnya karena selain daging hasil buruan ikan juga kesukaannya alasan Itulah kehidupan mereka senantiasa dekat dan selalu menyatu dengan alam selain itu pula gua dan juga menjadi tempat pilihannya karena gua ideal untuk dijadikan tempat tinggal dengan alasan aman dari gangguan binatang buas.


Perjalanan awal Siliwangi bukan hanya terdesak oleh kebutuhan hidup saja tetapi juga mengemban misi tertentu yang dirahasiakan oleh penciptanya sementara berhubungan dengan tempat Kerajaan Pajajaran di Bogor tidak memiliki tempat yang permanen sebagai pusat kegiatan maupun untuk bernaung sebagai tempat bercengkrama layaknya masyarakat sekarang. nama Bogor waktu itu bernama Sukabumi yang artinya tempat sakadomas Ajisaka gendeng kalipitu dan lain-lain yang menjadi tokoh Kerajaan Pajajaran sedang nama kerajaan Pajajaran hanya untuk hiasan menjajarkan anak keturunan yang sudah terjadi menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya oleh karena sebelum mereka mempunyai anak keturunan dan belum menyebar tidak ada nama Pajajaran setelah mereka melakukan perjalanan jauh menyebar anak keturunan barulah Muncul nama Pajajaran sebagai dasar perimbangan tempat bebatuan di cibedug Raden diberi nama Hangtuah Pajajaran yang artinya tempat para leluhur Pajajaran Hangtuah lainnya diawali dari gunung munara Oleh karena itu uraian perjalanan Siliwangi dari satu tempat ke tempat lainnya dimulai dari gunung munara atau Rumpin Bogor kemudian gunung kapur Ciampea Bogor lemahduhur Batutulis kutamanah atau Kuta Wesi cikembar dan sekitarnya Gunung Halimun Cikakak dan cengkuk Cangkuang Galuh atau karangkamulyan maupun Kawali majeti pajajar dan Cipaku Gunung Padang Gunung Slamet urutan tempat-tempat itu ini bukan berarti secara berurutan jalur pengembaraan Siliwangi, tetapi daerah itulah yang banyak dan sering dijadikan Hunian yang paling disukainya. Selain itu pula darah yang tidak tersirat bukan berarti tidak disenangi Tetapi malah menjadi basis bagi keturunan Prabu Siliwangi bermasyarakat pada zaman selanjutnya Oleh karena itu langkah dan petualangan siliwangi tidak terikat di satu lokasi saja tetapi beliau bergerak lincah dan cepat ke setiap penjuru Bagai angin bertiup dan sesuai dengan julukan lain nama beliau yaitu Sanghyang kilat buwana itulah beberapa tempat pulau Sunda bagian barat yang telah dihuni oleh keluarga Siliwangi maupun keturunannya.


 Disamping itu perjalanan Beliau juga tercatat kearah Timur nusantara seperti ke Gunung Lawu, Gunung Kelud, gunung Tengger, gunung Sundoro sekitar Dieng dan gunung wukir Kecamatan Salaman Magelang dan lain-lain. bahan ketika di Ponorogo melahirkan keturunan yang kelima dalam cerita pewayangan wilayah Gunung Dieng dijuluki negara Madukara sewaktu menghuni Sundoro kebudayaan membuat patung maupun candi sangat digandrungi sehingga sejak itu sekitar Gunung Dieng banyak berdiri Candi untuk pemujaannya. Disamping itu disana juga terdapat Telaga Warna sebagaimana dimaklumi bahwa Siliwangi juga menyukai Telaga Warna di Puncak Bogor Telaga Warna di gunung jampang tengah dan Telaga Warna atau Danau Kelimutu masih di sekitar Dieng terdapat gua sumur Gua Semar gua Dewi Kwan In Padahal gua atau lumpatna tersebut merupakan tempat Siliwangi bertanya sewaktu Siliwangi di wilayah gunung wukir memiliki generasi keturunan yang ke-7 yaitu Sailendra artifak yang ada di Gunung wukir ini dengan candi dan Arca banteng lilin sama seperti yang terdapat di Kebun Raya Bogor.


Petilasan lain Siliwangi di Gunung Lawu dahulu terdapat sebuah gua yang menghadap arah matahari itu pun menjadi tempat pertapaan Siliwangi, kesamaan lainnya yaitu tempat yang paling disukai Siliwangi menikmati sumber air jalatunda seperti yang terdapat di Kebun Raya Bogor,  di Cirebon dan Tretes Malang perjalanan Siliwangi tidak sekedar di Pulau Sunda bagian barat saja tetapi merambah ke beberapa pulau lainnya seperti di Padang dengan nama Adityawarman, ke pulau Nias meninggalkan petilasan batu loncat di Aceh menetap di daerah Tapaktuan kemudian juga beliau menyebrang ke Kalimantan dengan nama Mulawarman Masih sekitar Kalimantan juga, beliau menghuni pulau kecil dekat Banjarmasin yang sekarang bernama Kotabaru bahkan sebelum menghuni Kotabaru pernah tinggal di Danau Toba dan menurunkan ke cuman bermarga Sisingamangaraja. Sisingamangaraja ketika diangkat menjadi pembantu atau pengawal Siliwangi memiliki tanda merah di pipinya ketika mursadi sukawayana Siliwangi Meneruskan pengembaraannya ke Lampung dan Palembang di sana meninggalkan petilasan berubah Patung Dewi Sri namun penduduk disana menyebutnya patung lidah pahit padahal arti dari lidah pahit yaitu saciduh metu saucap nyata yaitu ucapannya yang dikeluarkan benar dan nyata.


Sungguh tidak diduga pengembaraan Siliwangi begitu jauh namun begitulah Siliwangi tidak berhenti sampai di Kota Baru saja beliau yang memiliki nama lain yaitu Sanghyang tapak juga pernah menghuni gua Leang di Sulawesi sebelum berada di Danau Merah Irian Jaya mungkin agak lama mendiami daerah Gowa karena ketika disana beliau menurunkan ilmu menulis bagi keturunannya yang berada di Bugis Street danau Toba Danau Merah dan juga pernah tinggal di sekitar Danau Kelimutu atau Ende Flores.Wilayah pulau Sunda Kecil Siliwangi tidak dan bukan berkuasa dalam Pulau sudah saja tetapi juga Menelusuri jejak nya melebihi Jagad Nusantara Lalu bagaimana dengan perubahan nama pulau Sunda Entahlah Indonesia merupakan daratan yang terhampar luas sedangkan Pada masa itu yang disebut Pulau Jawa adalah yang sekarang pulau Bali dan disanalah menetap Sanghyang Dewa salah seorang Putra pertama keturunan Siliwangi generasi yang ke-8 sedangkan adiknya yang perempuan yaitu Sanghyang Rinjani menetap di pegunungan yang kemudian diberi nama gunung Rinjani gunung yang memiliki ketinggian antara 300 hingga 345 terletak di Lombok Nusa Tenggara Barat Sedangkan kakak perempuan yang paling tua dari Sanghyang pergi ke Danau Kelimutu atau danau pusaka alam dinamakan pusaka alam. karena Danau tersebut memiliki air berwarna lambang negara namun sebelum Sanghyang Dewa kembali beliau sempat membuat Candi Jabung di kawasan Panarukan malahan sampai ujung pulau Sunda besar itu tepatnya di Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi terdapat gua dan makam panjang itulah suatu tanda peninggalan Siliwangi perkembangan selanjutnya dalam sejarah Prabu Siliwangi di mana Pulau Sunda besar dan Sunda kecil pada zaman pemerintahan Belanda dibagi-bagi menjadi beberapa daerah provinsi dengan strategi pembentukan pemerintahan agar dapat memudahkan pengendaliannya namun perubahan dari pulau Sunda menjadi pulau Jawa entah gagasan Siapa dan kapan. Oleh karena itu kejadian perang bukan perang antar daerah atau perang antar suku atau antar agama, pertikaian antara keturunan Siliwangi dan terjadi di Pulau Sunda Besar kejadian pertikaian tersebut hanya memperebutkan pewarisan Candi Borobudur di antara keturunan Siliwangi antara hariangbanga dengan ciungwanara. warna biru dan merah inilah yang bertikai menentukan penguasaan Borobudur harianbanga yang berkuasa didaerah timur dengan warna hijau ciungwanara berkuasa di daerah barat dengan warna merah penentuan warna itu terjadi di Gunung Tengger. ketika itu hariangbanga berkuasa daerah timur memiliki Fatih yang bernama Gajah Mada Gajah Mada adalah patih yang setia Dan salah satu pengawal yang berilmu Sakti mandraguna Gajah Mada ketika di Pajajaran beliau adalah pengawal, namun sewaktu terjadi pertempuran memperebutkan Mas Aan Borobudur itu ia terluka oleh senjata saudaranya dari daerah barat dan Gajah Mada menyadari hanya senjata dari Siliwangi yang dapat mengalahkannya. dalam kondisi luka dan menghindari perang saudara lebih dahsyat lagi dengan saudaranya ia lari dan menjauh ke arah malang sampai hayatnya ia bersemayam di salah satu gua di daerah Malang tempat peperangan Bubat terjadi.

Dibeberapa tempat dan puncaknya terjadi di sekitar Sidoarjo dalam pertempuran sengit itu pun Diah Pitaloka tertusuk Pulau oleh senjata saudaranya dari timur Ia berlari ke arah Kediri dan sampai hayatnya meninggalkan prasasti tulisan Pallawa atau sangkakala di daerah Gunung Kawi. perebutan kekuasaan itu banyak meninggalkan korban dari kedua belah pihak terutama para Bella prajurit setelah kejadian itu hubungan antara kedua belah pihak keluarga menjadi tidak harmonis lagi bahkan Pihak dari keluarga Siliwangi dari timur mulai meninggalkan agama Hindu sebagai agama dari keturunannya Sejak saat itulah mereka mulai menghimpun diri menjadi kekuatan kelompok masyarakat dan pada akhirnya kelompok kekuatan itu kelak menjadi wilayah kerajaan-kerajaan diantaranya seperti Singosari dan Majapahit khususnya mengenai Gajah Mada maupun Hayam Wuruk mereka merupakan keturunan Pajajaran dan diisyaratkan dengan tanda pada batu yang menggambarkan tapak kaki gajah dan telapak kaki ayam yang terdapat di tepi sungai Ciampea di Bogor.  telah hilang sayang artefak jejak kaki ayam telah lenyap sehingga sulit menjadi pembuktiannya Gajah Mada sendiri ketika di Pajajaran menjadi pengawal atau patih yang ketiga dan beliau meninggalkan berupa tanda batu di Batu Gede Bojonggede. Memang sementara berkaitan Siliwangi pada zaman Islam Siliwangi sendiri dikatakan selam tunggal karena sejak lahir telah kulum sehingga nampak seperti telah disunat pada zaman Islam beliau telah melakukan sunatan terhadap keluarganya hanya sayang praktek khitan yang dilakukan oleh Siliwangi dengan menggunakan kuku dan batok lubang yang nampak di bagian ujung batok kelapa dijadikan lubang penis kemudian penis yang menjulur ia potong dengan kuku namun pertama kali tanam yang dilakukan Siliwangi telah merenggut nyawa keluarganya karena salah memotong. salah satu korban salah potong hitanan tersebut dimakamkan di sebelah selatan Batutulis. 

Sekarang generasi Siliwangi ke-14 yaitu yang bergelar Haji Kyai prabu kiansantang setelah gagal melakukan khitanan di Lemah duhur batu tulis Bogor akhirnya kembali lagi menemui gurunya di tanah Arab sekembalinya dari zazirah Arab beliau hijrah ke gunung Mandalawangi Garut digodog Suci. itulah dimulai pengislaman melalui hitanan lagi Haji Kyai prabu kiansantang atau dikenal pula bernama Sanghyang Sunan Rohman yang kemudian akrab dengan nama sunan Rohmat dan sampai akhir hayatnya bersemayam di Gunung Mandalawangi. suatu saat kadang beliau suka mengunjungi Gunung Batu atau cupu atau Gunung Sunda dan di Gunung benteng Sukabumi pula bernama Sunan Agung Cakrawala atau Kyai santam Ratu Sunda. tetapi beliau lebih banyak menempati lemah duhur Batutulis Bogor dengan panggilan Eyang Mbah Buyut Haji Wali jayasakti Mangkurat Jagat linggih di lemahduhur Wali tumbal Pakuwon Pajajaran dan selalu didampingi oleh saudaranya Sanghyang lodaya Sakti. Oleh karena itu tidak mustahil banyak diantara keturunannya menjadi tokoh Islam dan menggunakan nama-nama Islam seperti Nama mama Kanjeng Sunan bagi anak laki-laki dan atau nama Siti bagi yang perempuan Bahkan beliau sendiri disamping menggunakan nama terkesan Hindu atau Budha seperti Sangiang Batara atau Prabowo juga menggunakan nama lain seperti Haji Sakti kodrat, Haji putih bahkan ada nama lain beliau yang bernuansa Sunda kental yaitu Haji Agung Komara putih ketika di keturunan Siliwangi mengadakan pertemuan di Gunung Tengger Bromo yang meliputi wilayah Probolinggo Malang Pasuruan dan Lumajang pembahasannya menyinggung aliran atau ageman cara beribadah keturunan yang masih menganut Sunda atau Hindu tetap beribadah dengan caranya, sedangkan agama baru yaitu Islam beribadah pula dengan aturannya namun dari sekian banyak keturunan masih ada yang berselisih yaitu antara Ki Gede Palimanan dengan Prabowo atas angin kigede Palimanan adalah salah seorang keturunan Sancang Lodaya Sakti Sancang Lodaya Sakti adalah salah satu keturunan Siliwangi dari istrinya yang berada di Gunung Ciremai Kuningan sejatinya suka menjelma bagaikan seekor harimau Oleh karena itu keturunan Ki Gede Palimanan tidak pernah dan tidak mau menyebut nama Ki Gede Palimanan karena setiap mengucap nama itu maka dihadapannya akan hadir tiba-tiba seekor harimau penduduk dan keturunannya selalu menyebut dengan nama Mbah Kuwu, Sangkan Ki Gede Palimanan tidak menyukai Prabowo atas angin karena tetap tidak mau beralih keyakinan beragama. beberapa kali Prabowo atas angin ia bunuh namun setiap anggota badan Prabowo atas angin menyentuh tanah maka ia hidup kembali dan badannya utuh lagi begitulah seterusnya tetapi setelah dibunuh badan Prabu atas angin digantung tidak menyentuh tanah barulah benar-benar meninggal. Sejatinya Prabowo atas angin memiliki ilmu Batara bumi Prabowo atas angin memiliki garwa Ibu Ratu bungsu dari keturunan Ki Buyut sawala Dari perkawinan itulah lahir Syekh Siti Jenar di lain pihak yaitu Ki Gede Palimanan mulai menyebarkan ajaran Islam di gunung moerdijati atau lebih dikenal dengan nama Gunung Jati .


Karena disana banyak terdapat pohon jati Cirebon Syekh Siti Jenar memiliki ilmu jiwa raganya dipenuhi pengawet ia tampak guru namun perselisihan paham dengan ajaran Islam dengan dewan Walisongo menjadikan Syekh Siti Jenar yang tengah berkiprah di daerah Tuban Demak Bintoro dianggap menganut Islam sesat untuk menghindari perseteruan dengan para Walisongo akhirnya Syekh Siti Jenar lebih banyak berkawat di Cirebon girang. Syekh Siti Jenar diyakini akhirnya melepas sukmanya di daerah gunung awisan Kanoman atau Ramon Cirebon. Syekh Siti Jenar atau nama lain yaitu Syeh Lemah Abang ajarannya lebih menitikberatkan terhadap tasawuf dan mengandung nilai metafisika dipandang dewan Walisongo menyimpang dari ajaran Islam pada akhirnya keturunan Pajajaran ini murka di Plangon Syekh Siti Jenar ternyata disana dinamai Syekh Syarif abdurahim atau Pangeran kejaksan namun Syekh Siti Jenar sebelum tilar dunyo mempunyai keturunan yang bernama sing-sing yang juga penyebar agama Islam di daerah Kudus Syekh Syarif abdurahim atau Pangeran kejaksan mempunyai saudara kandung yaitu Syekh pungjunan dari saudara-saudara pangeran kejaksan inilah menurunkan ulama yang menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok daerah melalui salah seorang keturunannya yaitu Syeh Syarif Hidayatullah salah satu wilayah yang diislamkan termasuk Banten di Banten mempunyai garwa Ibu Ratu Kawunganten dan melahirkan Syekh Subakir mungkin dan Ratu winaon Ayah Syekh Syarif Hidayatullah adalah Maulana Muhammad Syarif Abdullah bin Nur Alim seorang pejabat di sajira harap dari dakwah Syekh Syarif Hidayatullah inilah penyebaran agama Islam berkembang pesat.

Begitulah Siliwangi beliau yang memiliki berbagai nama menyukai hidup berpindah-pindah tempat layaknya kaum nomaden Memang secara lahiriyah kurang masuk akal karena begitu mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, namun keadaan alam pada zaman itu mendukung petualangan Siliwangi. kepindahan Siliwangi juga bukan tanpa sebab beliau mendiami di satu tempat di samping beristri untuk memperbanyak keturunan juga dengan menurunkan ilmu yang berbeda pula sehingga dapat disimpulkan membina setiap keturunan dengan sikap dan sifat yang berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya namun Walaupun demikian tetap tujuan utamanya agar anak keturunannya menyembah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan mengikuti ajaran yang diwariskan Allah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar